Minggu, 01 April 2012

Re-Orientasi Dakwah Kampus

Oleh : Zuhandri


Dakwah Islam adalah pesan sekaligus seruan yang wajib disampaikan secara fardiyah maupun jamaah. Konteks dakwah selalu seputar hal ini, menyampaikan dan menyampaikan. Bisa dengan orasi, kontak personal/lembaga, atau menulis. Dalam konteks dakwah kampus, Lembaga Dakwah Kampus (LDK) sebagai sebuah instansi dakwah yang mempunyai peran khas dalam hal ini. Kalau pun, LDK belum ada atau belum dikontrol oleh aktivis Ideologis, dakwah kampus pun tetap wajib dilakukan. Terserah, bisa lewat perjuangan organisasi intra kampus seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), Lembaga Pers Mahasiswa dan sebagainya. Atau langsung menggunakan nama besar sebuah gerakan dakwah/harokah. Sebab, benar apa yang dikatakan Ust Abay Abu Hamzah dalam buku “Melawan Dengan Cinta”. Kebenaran tidak boleh dipandang dari jumlah pejuangnya. Karena seorang pejuang sejati, tidak akan peduli berapa jumlah orang yang bersamanya.
Gerakan dakwah kampus (LDK, Organisasi Mahasiswa, Gerakan Mahasiswa) yang memiliki fikroh dan thariqoh yang murni dan jelas dituntut menjadi lembaga pusat informasi masyarakat kampus. Di sinilah akan terlihat, peta suhu politik kampus. Siapa yang mempengaruhi. Siapa yang terpengaruh. Namun, propaganda dakwah kampus hendaklah memiliki cirri khas tersendiri. Tidak sekedar sugesti dan justifikasi publik. Tidak sekedar meramaikan kehidupan politik kampus.
Perlu dipahami, propaganda menjadi salah satu cara supaya Islam dapat diopinikan. Namun, jangan sampai ada paradigma aktivis dakwah kampus bahwa yang penting dakwah kampus tetap dilakukan. Dengan ikhlas dan sesuai tuntunan kenabian (thoriqoh). Yang penting tugas amanah dakwah sudah disampaikan. Perkara apakah propaganda tersebut bisa diterima, dibaca atau tidak, bukan urusan si aktivis dakwah kampus. Dengan kata lain, kewajiban dakwah telah ditunaikan. Biar Allah yang memberikan sebesar apa ‘pahala’ yang diterima. Cuma itu. Sungguh kurang tepat!
Dalam pertarungan pemikiran antar ideologi bahkan gerakan, propaganda yang dikehendaki tidak hanya dilihat seberapa ikhlas pelakunya melakukan propaganda. Seberapa sering diopinikan ke masyarakat kampus. Namun, yang semestinya diperhatikan adalah seberapa ideologis, efektif dan efisien propaganda dilakukan.
Demi menjaga efektifitas dakwah kampus, perlu adanya penegasan orientasi dakwah. Sehingga terjadi penyatuan persepsi dan cara pandang atas solusi yang pas terhadap fakta (probematika umat) dalam diri aktivis dakwah kampus. Siapa sebenarnya yang menjadi subjek maupun objek dakwah? Bagaimana karakteristik subjek/objek dakwah? Atau pertanyaan lain terkait subjek/objek dakwah. Namun, tentu bukan berarti dakwah yang dilakukan adalah dakwah yang “diwarnai” kondisi. Atau sesuai keinginan masyarakat kampus selaku objek dakwah. Sekali lagi tidak. Penegasan dan penyatuan orientasi dakwah ini ditujukan agar tidak ada lagi dakwah yang bersifat fanatis, egois, dan sporadis.
Dalam buku yang sama ‘Melawan Dengan Cinta’ karya Ustadz Abay Abu Hamzah, dalam dunia dakwah terdapat perbedaan orientasi dakwah itu sendiri. Yang sedikit banyak mempengaruhi jalan dakwah. Termasuk dakwah kampus. Pertama, da’i-oriented atau isi propaganda/dakwah fokus hanya pada diri pengemban dakwah. Kedua, mad’u-oriented atau isi propaganda/dakwah fokus pada diri objek dakwah. Walau semua tahu, setiap amal sholeh selalu dibalas dengan ridho Allah tetap saja perbedaan persepsi dan cara pandang akan menghantarkan pada perbedaan sikap dalam dakwah. Perbedaan sikap akan mempengaruhi kualitas dan hasil dakwah.
Jika yang terjadi ialah da’i-oriented, maka dakwah terlihat egois, sporadis dan sembarangan. Tidak ada evaluasi dalam diri aktivis dakwah kampus atas propaganda yang diopinikan. Tidak ada pertanyaan efektifkah propaganda yang telah diopinikannya? Sampai atau tidak kepada objek dakwah? Diterima atau malah ditolak mentah-mentah? Dampaknya, ada dinding tebal, ada jarak yang jauh yang dipasang objek propaganda. Dengan kata lain, objek dakwah malah lari menjauhi dakwah si aktivis. Sebenar apapun seruan propaganda.
Sungguh, penyebaran propaganda dalam aktivitas dakwah kampus ditujukan agar bisa membentuk justifikasi publik (masyarakat kampus) sesuai dengan harapan bersama. Dimana opini dan gagasan pikiran objek dakwah satu pemikiran dengan penyeru dakwah. Dimana permainan seni dalam propaganda berperan penting dalam menjalankan amanah dakwah yang ada pada setiap aktivis dakwah kampus. Sebagai agent of problem solver bagi masyarakat kampus.
Oleh karena itu, ilmu tentang bagaimana cara terbaik dalam penyampaian dakwah, bagaimana kemasan dakwah tetap mampu menjaga isi dakwah harus menjadi perkara yang selalu dipikir matang oleh diri aktivis dakwah kampus. Demi menuai kualitas dan hasil dakwah yang terbaik. Semoga cahaya Islam segera kembali terbit.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar