Dakwah Islam adalah
pesan sekaligus
seruan
yang wajib disampaikan secara fardiyah
maupun jamaah.
Konteks dakwah selalu seputar hal ini, menyampaikan dan menyampaikan. Bisa dengan orasi, kontak personal/lembaga, atau
menulis. Dalam konteks dakwah kampus, Lembaga Dakwah Kampus (LDK) sebagai sebuah
instansi dakwah yang
mempunyai peran khas dalam
hal ini. Kalau pun, LDK belum ada atau belum dikontrol oleh
aktivis Ideologis, dakwah kampus pun tetap wajib dilakukan. Terserah, bisa lewat
perjuangan organisasi intra kampus seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM),
Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), Lembaga Pers Mahasiswa dan sebagainya. Atau
langsung menggunakan nama besar sebuah gerakan dakwah/harokah. Sebab, benar apa
yang dikatakan Ust Abay Abu Hamzah dalam buku “Melawan Dengan Cinta”. Kebenaran
tidak boleh dipandang dari jumlah pejuangnya. Karena seorang pejuang sejati,
tidak akan peduli berapa jumlah orang yang bersamanya.
Gerakan dakwah kampus (LDK,
Organisasi Mahasiswa, Gerakan Mahasiswa) yang memiliki fikroh dan thariqoh yang
murni dan jelas dituntut menjadi lembaga pusat informasi masyarakat kampus.
Di sinilah akan terlihat,
peta suhu politik kampus. Siapa yang mempengaruhi. Siapa yang terpengaruh.
Namun, propaganda dakwah kampus hendaklah memiliki cirri khas tersendiri. Tidak
sekedar
sugesti dan justifikasi publik.
Tidak sekedar meramaikan kehidupan politik kampus.
Perlu dipahami, propaganda menjadi
salah satu cara supaya Islam dapat diopinikan. Namun, jangan sampai ada
paradigma aktivis dakwah kampus bahwa yang penting dakwah kampus tetap
dilakukan. Dengan ikhlas dan sesuai tuntunan kenabian (thoriqoh). Yang penting tugas amanah dakwah sudah disampaikan.
Perkara apakah propaganda tersebut bisa diterima, dibaca atau tidak, bukan urusan
si aktivis dakwah kampus. Dengan kata lain, kewajiban dakwah telah ditunaikan. Biar
Allah yang memberikan sebesar apa ‘pahala’ yang diterima. Cuma itu. Sungguh
kurang tepat!
Dalam pertarungan pemikiran
antar ideologi bahkan gerakan, propaganda yang dikehendaki tidak hanya dilihat
seberapa ikhlas pelakunya melakukan propaganda. Seberapa sering diopinikan ke
masyarakat kampus. Namun, yang semestinya diperhatikan adalah seberapa
ideologis, efektif dan efisien propaganda dilakukan.
Demi menjaga efektifitas dakwah
kampus, perlu adanya penegasan orientasi dakwah. Sehingga terjadi penyatuan
persepsi dan cara pandang atas solusi yang pas terhadap fakta (probematika
umat) dalam diri aktivis dakwah kampus. Siapa sebenarnya yang menjadi subjek
maupun objek dakwah? Bagaimana karakteristik subjek/objek dakwah? Atau
pertanyaan lain terkait subjek/objek dakwah. Namun, tentu bukan berarti dakwah
yang dilakukan adalah dakwah yang “diwarnai” kondisi. Atau sesuai keinginan
masyarakat kampus selaku objek dakwah. Sekali lagi tidak. Penegasan dan
penyatuan orientasi dakwah ini ditujukan agar tidak ada lagi dakwah yang
bersifat fanatis, egois, dan sporadis.
Dalam buku yang sama
‘Melawan Dengan Cinta’ karya Ustadz Abay Abu Hamzah, dalam dunia dakwah terdapat
perbedaan orientasi dakwah itu sendiri. Yang sedikit banyak mempengaruhi jalan
dakwah. Termasuk dakwah kampus. Pertama,
da’i-oriented atau isi
propaganda/dakwah fokus hanya pada diri pengemban dakwah. Kedua, mad’u-oriented atau
isi propaganda/dakwah fokus pada diri objek dakwah. Walau semua tahu, setiap
amal sholeh selalu dibalas dengan ridho Allah tetap saja perbedaan persepsi dan
cara pandang akan menghantarkan pada perbedaan sikap dalam dakwah. Perbedaan
sikap akan mempengaruhi kualitas dan hasil dakwah.
Jika yang terjadi ialah da’i-oriented, maka dakwah terlihat egois,
sporadis dan sembarangan. Tidak ada evaluasi dalam diri aktivis dakwah kampus
atas propaganda yang diopinikan. Tidak ada pertanyaan efektifkah propaganda
yang telah diopinikannya? Sampai atau tidak kepada objek dakwah? Diterima atau
malah ditolak mentah-mentah? Dampaknya, ada dinding tebal, ada jarak yang jauh
yang dipasang objek propaganda. Dengan kata lain, objek dakwah malah lari
menjauhi dakwah si aktivis. Sebenar apapun seruan propaganda.
Sungguh, penyebaran
propaganda dalam aktivitas
dakwah kampus ditujukan
agar bisa
membentuk justifikasi publik
(masyarakat kampus) sesuai dengan harapan bersama. Dimana opini dan gagasan pikiran objek
dakwah satu pemikiran
dengan penyeru dakwah. Dimana permainan seni dalam
propaganda berperan
penting dalam menjalankan amanah dakwah
yang ada pada setiap aktivis dakwah kampus. Sebagai agent
of problem solver bagi masyarakat kampus.
Oleh karena itu, ilmu
tentang bagaimana cara terbaik dalam penyampaian dakwah, bagaimana kemasan
dakwah tetap mampu menjaga isi dakwah harus menjadi perkara yang selalu dipikir
matang oleh diri aktivis dakwah kampus. Demi menuai kualitas dan hasil dakwah
yang terbaik. Semoga cahaya Islam segera kembali terbit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar