Minggu, 01 April 2012

Dakwah Kampus; Antara Tuntutan dan Kewajiban


Oleh : Zuhandri

Fakta & Derita
Disadari atau tidak, dunia sedang dijajah ideologi kapitalisme. Setelah hancurnya Khilafah Islamiyah (1924) dan runtuhnya  komunisme (akhir tahun 80-an), virus ideologi setan kapitalis-sekuler terus disebar ke seluruh negara di dunia, termasuk Islam. Bahkan, ada sindiran bahwa negeri Muslim lebih sekuler dibanding negeri kafir. Ini disebabkan kekuatan Ideologi Islam tidak lagi diperhitungkan dunia. Padahal, ideologi Islam telah dicatat sejarah sebagai satu-satunya ideologi selama 1400 tahun pernah menguasai 2/3 dibawah institusi Daulah Khilafah. Namun, sekarang berputar 180o. Islam lemah di segala bidang. Umat tak kuasa menahan serbuan pemikiran dan budaya yang bertentangan dengan aqidah Islam.
Kini, secara sistemik seluruh aspek kehidupan telah terpengaruh ideologi asing tersebut. Dalam sistem sekuler lahirlah bentuk sistem/tatanan yang jauh dari nilai-nilai agama. Akibat sekulerisme, dibidang ekonomi, sudah berkembang ekonomi kapitalistik. Bidang politik, berkembang perilaku politik pragmatis, kompromis, oportunis. Di bidang budaya, umat Islam cenderung hedonis. Kehidupan sosial egoistik dan individualistik. Sikap beragama yang sinkretistik serta paradigma pendidikan yang materialis. Dalam sistem pendidikan, dibahas bagaimana kualitas produk sistem tersebut. Sistem pendidikan yang terpengaruh ideologi kapitalisme-sekuler, tidak akan memberikan ruang yang cukup bagi agama. Sebab agama bukanlah sesuatu yang penting dalam kehidupan. Oleh karena itu, out put sistem pendidikan seperti ini, hanya akan memproduksi manusia yang pandai secara akademis. Tapi, dangkal dalam pemahaman agama. Out put sistem ini akan mencetak manusia yang sekuleristik, materialistik, oportunistik, dan individualistik. Memang manusia seperti ini akan bisa hidup, namun jelas bukan hidup yang benar.
            Dalam sistem pendidikan sekuler seperti yang terjadi sekarang, sukses tidaknya seorang pembelajar –dalam hal ini mahasiswa- tentunya hanya akan diukur berdasarkan indikator-indikator akademik semata yang kering dari aturan agama. Meskipun dangkal dalam pemahaman agamanya, mahasiswa tetap dikatakan sukses jika studinya diselesaikan dalam tempo sesingkat-singkatnya. Walaupun bodoh dalam tsaqofah Islam, mahasiswa bisa disebut sukses jika indeks prestasi yang diraih mendekati angka 4,0.  Apakah manusia seperti ini yang dikehendaki dunia dan Islam? Apakah manusia tipe ini yang layak menjadi barisan terdepan dalam upaya melanjutkan kehidupan Islam?                                                  Sungguh, Islam telah menetapkan tujuan dalam sebuah proses pendidikan, yang hanya bisa dicapai bila sebuah sistem pendidikan didasarkan pada ideologi Islam, bukan ideologi kapitalisme. Maka, tujuan pendidikan Islam ialah terbentuknya kepribadian Islam (Syakhshiyyah Islamiyyah) yang dibekali dengan berbagai ilmu dan pengetahuan yang diperlukan dalam kehidupan.
Mahasiswa; Objek Dakwah Strategis
            Ditinjau dari struktur sosial kemasyarakatan, mahasiswa  dan kampus  merupakan satu kesatuan sistem  yang  mempunyai  peranan penting  dalam perubahan sosial dan peri-kepemimpinan di  tengah-tengah masyarakat (Yusanto, 2000).                                                  Dilihat dari faktor usia, (1)  mahasiswa  merupakan kelompok  masyarakat  yang berusia muda. Dari  segi  potensi  manusiawi  (2) termasuk memiliki taraf  berfikir di  atas rata-rata. Pada usia semuda itu masih terbuka peluang bagi  perkembangan  dan perubahan besar di masa datang.  Termasuk kepribadiannya. Kendati perubahan yang  sangat  drastis dan mendasar bisa pula  terjadi  pada  usia lanjut.            Mahasiswa  juga merupakan (3)   sosok manusia  yang  idealisme, suka berpihak pada suatu hal yang  diyakini  kebenarannya atau sesuatu yang ia minati. Bahkan tak jarang mahasiswa mau  memberikan seluruh yang dimilikinya demi keyakinannya. Terlepas apakah itu  benar atau salah menurut Islam. Mahasiswa pun (4) memil­iki  kecenderungan terhadap perubahan keadaan masyarakat. Mahasiswa tidak menyukai kemandegan dan kemunduran. Sebab, yang dirasakan tidaklah sesuai dengan dorongan jiwa muda  yang penuh bara semangat gejolak idealisme.                            Masalahnya, akibat semangat super tanpa kendali, mahasiswa kadang hanya sekedar mengingin­kan perubahan semu. Terserah, perubahan tersebut benar-benar menghasilkan kebaikan atau keburukan. Pendek kata, pokoknya asal berubah. Perubahan ini lah yang terjadi berulang kali di negeri besar seperti Indonesia. Mulai era Soekarno hingga SBY, tuntutan perubahan terus diteriakan mahasiswa dan kaum intelektual. Namun, apa yang terjadi? Masalah tak kunjung usai. Justru masalah kian bertambah dan rumit. Mengapa? Sebab, selama ini perjuangan mahasiswa hanya berorientasi penyembuhan luka luar. Bukan pada penyelesaian penyebab luka. Hasilnya, tuntutan yang ada sebatas seruan ganti rezim penguasa. Padahal, saat kita menganalisis berbagai masalah bangsa, sesungguhnya akar masalahnya terletak pada bobroknya sistem yang diterapkan di negeri ini. Akibat salahnya paradigma mahasiswa, tak jarang idealisme mahasiswa mudah dibayar oleh uang dan kekuasaan. Sehingga, wajar jika banyak masyarakat memvonis perjuangan mahasiswa sama dengan partai politik peserta Pemilu demokrasi di negeri ini. Arah perjuangan yang abu-abu, pragmatis, kompromis dan oportunis.                                                                                     Akan tetapi, tidak sedikit mahasiswa yang mampu  menggambarkan  secara jelas perubahan yang hakiki dan berani mematahkan pemikiran yang salah.  Dengan kebiasaan berpikir mendalam,  kekuatan   nalar, dan imajinasinya menghantarkannya  menjadi pemikir-pemikir muda  ideologis. Mahasiswa jenis ini tidak hanya menjadi menjadi agent of change. Melainkan, agent of problem solver. Begitu istilah penulis pinjam dari Ustadz Agung Wisnuwardana tatkala menyebut generasi mahasiswa cerdas dan ideologis ini.                                Usia  muda mahasiswa  memberikan  peluang  pengembangan diri, mengasah  dan menajamkan  pemikiran. Perjuangan menegakkan idealisme tidak berhenti  hanya saat ia menjadi mahasiswa. Tapi berlanjut pada kehidupan pasca kampus. Pembinaan intensif yang diterima sejak mahasiswa, melahirkan sikap konsisten pada ideologi yang diemban. Ide dan pemikiran yang lahir dari ideology disebar dengan berbagai cara. Saat semua itu telah dilakukan, terjun ke masyarakat adalah harga mati. Walau rintangan dan kesulitan menantang setiap perjalanan. Justru, semua  kesulitan menambah keyakinan pergerakan dan perjuangan. Inilah figur manusia yang memiliki kredibilitas ide diakui secara obyektif  oleh  ma­syarakat.     Pada akhirnya, setelah melihat peluang dakwah yang sangat besar, dapat dikatakan kampus dengan mahasiswanya memiliki  posisi yang amat strategis bagi perubahan masyarakat dan bangsa dimasa mendatang. Kelompok ideologis pun sadar betul di dalam kampus didapatkan tunas muda yang bisa dibina menjadi pengikut dan pejuang setia ideologi kelompok tersebut. Kampus ibarat tanah, lahan paling subur untuk penanaman ideologi. Tidak cuma penanaman tapi juga panen. Dan kampus, sebagai lahan pertanian tadi, terbuka untuk segala macam benih yang saling bertentangan sifat  hidupnya sekalipun.
Dakwah Kampus; Tugas Siapa?
Tugas siapakah itu?
SIAPA SAJA, dan TAK SEORANG PUN. Ada tugas penting untuk dikerjakan dan SEMUA ORANG diminta melakukannya.  SEMUA ORANG yakin bahwa SESEORANG akan melakukannya.  SIAPA SAJA bisa melakukannya, tetapi TAK SEORANG PUN yang melakukannya. SESEORANG menjadi marah tentang itu, sebab ini tugas SEMUA ORANG. SEMUA ORANG menganggap bahwa SIAPA SAJA dapat melakukannya, tetapi TAK SEORANG PUN yang menyadari bahwa SEMUA ORANG tidak akan  melakukannya. Akhirnya, SEMUA ORANG menyalahkan SESEORANG ketika TAK SEORANG PUN melakukan apa yang bisa dilakukan oleh SIAPA SAJA.
(dikutip dari Dr. Hisham Yahya Altalib dari bukunya Panduan Latihan Bagi Gerakan Islam, 1999)

Kisah di atas amat relevan dan tampaknya akan selalu up to date  bagi perubahan, perbaikan dan kinerja pergerakan. Terlebih bagi suatu organisasi yang telah nyata-nyata mengidentikkan diri sebagai wahana dakwah. Jika sekelompok mahasiswa sudah bersatu membentuk kelompok pergerakan, maka upaya ini membuktikan bahwa harapan Islam itu masih ada. Tergantung bagaimana dan siapa yang mewujudkannya.
Dakwah  kampus adalah  gerakan atau upaya  terus  menerus  mengajak mahasiswa/kaum intelektual  ke jalan Allah. Dakwah kampus berupaya merubah pikiran, perasaan dan  tingkah laku mahasiswa dari jahiliah kepada Islam,  atau  dari yang kurang Islami menjadi lebih Islami hingga terbentuk  tatanan masyarakat  kampus Islam.  Dakwah kepada mahasiswa kafir  bertujuan  untuk merubah  aqidahnya menjadi aqidah Islam. Sementara  kepada  muslim, dakwah bertujuan untuk meningkatkan iman serta ketaatannya pada  aturan  Allah. Dakwah semacam ini  dapat dilakukan  secara perorangan (fardiah), tapi tentu akan lebih efektif bila dijalan­kan secara berkelompok (jama'iyah). Yang paling tepat  dijalankan oleh  negara (daulah).  Selama kehidupan Islam belum tegak, termasuk di kampus, nilai-nilai  utama Islam tidak akan sepenuhnya terwujudkan. Mahasiswa akan hidup dalam nilai-nilai jahiliah. Secara alami justru berefek pada dangkalnya aqidah dan lemahnya ketaatan pada syara’. Namun, perlu ditegaskan. Akibat ramainya masalah yang melanda negeri, dakwah tetap bukanlah tuntutan hidup. Sehingga, ketika masalah selesai, berakhir pula aktivitas dakwah. Tapi, dakwah adalah kewajiban. Banyak dalil yang menyebutkan wajibnya dakwah fardiyah dan jamaah.
Selanjutnya, tatkala aktivitas dakwah kampus telah dilakukan maksimal. Berjalan sesuai rel dakwah Rasulullah saw. Bergerak sesuai sistem dakwah yang telah dirintis sejak awal. Berhasil mencetak kader militan idealis dan sistem yang ideologis, maka akan tercipta suatu masyarakat yang Islami. Masyarakat yang terdiri atas kumpulan perasaan, pemikiran dan aturan. Mulai dari yang nyeleneh hingga yang sejalan dengan Islam.
Walhasil, jika dakwah kampus berjalan “super sukses” di seluruh kampus dan setiap kampus tersebut “super sukses” diratakan oleh pergerakan mahasiswa ideologis, maka Insya Allah, rezim dan sistem yang selama ini dinanti-nanti akan segera terwujud. Segala lelah, keluh kesah, luka dan derita mahasiswa ideologis akan dibayar dengan kenikmatan dan kemuliaan hidup yang diridhoi-Nya. Amin. Wallahu’alam                                                                                     
Khatimah
“Serulah  (manusia) ke jalan Tuhanmu (Islam) dengan hikmah                                dan pelajaran yang baik  dan bantahlah mereka dengan cara yang baik
QS. An Nahl: 125

Tidak ada komentar:

Posting Komentar